Langsung ke konten utama

Via Via Guesthouse



Perkenalanku dengan Via Via Jogja dimulai tahun 2014 di bulan September. Waktu itu aku berkunjung di Via Via café yang terletak di Jalan Prawirotaman. Via Via yang berdiri sekitar 20 tahun ini juga menyediakan fasilitas untuk para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, seperti penginapan, travel and tour sampai kelas yoga, bahasa, serta memasak. Di tahun 2015 ini, aku punya kesempatan untuk berkunjung dan menginap satu malam di Via Via Guesthouse.

Sekitar pukul ½ 9 pagi keretaku sampai di Lempuyangan, pagi itu seorang teman lama menawarkan dirinya untuk menjemput, jadi nya aku iyakan.
“weits..apa kabar Ma..?” sapanya
“baik Alhamdulillah, cari makan yuk..laper nie..depan situ aja”
Sesampainya di sebuah angkringan depan stasiun, temanku membuka obrolan.
“jadi kamu ke Jogja mau kemana?traveling mulu ya kamu, lancar bener”
“aku sebenernya transit doank, besok aku ke Solo..hari ini paling mau ke Gunung Kidul..lancar piye?terakhir aku cuma ke Bali doank”
“ye..lancar lah kalau gitu” balas nya.

Setelah perut terisi, aku pun diantar menuju Via Via. Waktu itu aku memang minta early check in ke pihak Via Via. Beruntung kamar yang aku pesan sedang tidak ada tamu menginap, jadi aku diperbolehkan untuk check in lebih awal dari ketentuan. 


“Mbak Irma ya?sini..sini masuk kebetulan kamarnya baru aja selesai di beresin” sapa mbak Dani karyawan Via Via.
“Mau minum apa?teh?kopi?atau jus?” sapa nya lagi
Seakan belum siap dengan rentetan pertanyaan-pertanyaan, akhirnya aku jawab sekenanya.
“jus aja mbak..” jawabku singkat
“jus apa?jeruk..tomat..alpukat?” jawab mbak Dani beruntun
Ahhh..mbak Dani ini mengingatkanku akan sosok Ibu di rumah, agak bawel tapi menyenangkan! Aku tak salah pilih tempat.
“alpukat aja kali ya mbak” jawabku lagi girang
“ready soon..siap!” jawabnya sembari memberi kunci kamar yang aku pesan.

Aku berjalan menuju kamar yang pesan dua minggu sebelum kedatangan untuk meletakkan ransel yang lama-lama terasa berat di punggung. Kalimantan adalah nama kamar yang aku pesan, jadi di Via Via ini semua kamar bernama pulau-pulau besar di Indonesia. Kamar ku persis berada di paling depan dengan ukuran yang cukup luas untuk dua orang. Di ujung sebelah kanan kamar ada kamar mandi dengan dinding bambu, persis di sebelah kiri kamar mandi yang disekat ada teras yang nyaman untuk sekedar ngobrol. Kamar nya cukup sejuk meski tak dilengkapi dengan AC. 


“Mbak Ir, jus nya?” sergap mbak Dani dengan membawa segelas jus di tangan.
“ahh..iya mbak, terima kasih” jawabku cepat
Aku keluar kamar, memilih untuk menikmati jus dari mbak Dani di ruangan tengah guesthouse. Ada dua kursi di ruangan tengah, satu di depan jendela dan satu kursi baca di bawah rak buku. 


“mbak Dani, itu yang di atas rak buku, foto-foto siapa” tanyaku penasaran
Mbak Dani yang sedang duduk di meja lobby dengan sigap mendekat ke dalam ruangan
“ahh..itu foto-foto pemilik Via Via seluruh dunia mbak” jawabnya
“nah..kalau yang ini owner Via Via Jogja” sambil menunjuk salah satu foto.
“dia asli Belgia, tapi sudah 20 tahun tinggal di Jogja, tadinya Via Via hanya restoran saja tapi sekarang berkembang. Tidak hanya restoran, tapi ada gueshouse ini, travel, dan banyak lainnya” lanjutnya


Jadi Via Via ini awalnya dibangun oleh sekelompok traveler asal Belgia, bukan hanya ada di Jogja tetapi ada beberapa tempat di seluruh dunia. Mereka berada dalam satu nama tapi bukan franchise yang berbagi keuntungan, melainkan Via Via dari tiap regional ini tetap berdiri sendiri dengan semua keuntungan masuk ke regional masing-masing. Menariknya adalah konsep ramah lingkungan berlaku di Via Via, bukan hanya yang ada di Jogja tapi Via Via worldwide pun memakai konsep yang sama.

Ada satu tempat di guesthouse ini yang juga menarik, kebun belakang. Tempat ini dekat dengan dapur, bisa digunakan untuk menikmati makan pagi atau sekedar ngobrol santai dengan teman. Kalau aku bilang “mbetahi”. Tempat nya nyaman, harga terjangkau, staf nya ramah, dan yang penting bersih. Mbak Dani juga mengingatkan kalau di Via Via kadang susah kalau tidak booking jauh-jauh hari karena pasti selalu ramai, apalagi musim panas. Banyak turis asing yang datang selama musim panas, dan kebanyakan dari mereka singgah untuk waktu yang lama jadi memang harus booking jauh-jauh hari. Itu juga yang aku lakukan, dua minggu sebelum datang aku sudah booking kamar disini. Untung saja web resmi Via Via ( viaviajogja.com ) ini cukup mudah untuk diakses dan respon nya cepat jadi mempermudah proses. Disini juga bisa dibantu kalau ingin sewa kendaraan dan harganya cukup terjangkau. Jadi recommended place to stay selama di Jogja..a hommy home.














Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tepi Campuhan

     *dua mingguan sebelum Bali,badan drop,gejala typhus* “Jadi ..Ma..kamu jadi ke Ubud, ngapain?” “Aku mau tracking di Campuhan” “ye..udah gitu doank..kamu jauh-jauh ke Ubud cuma mau tracking di Campuhan..emang di Jawa gak ada tempat buat tracking ?” “ya..gak tau ya..aku tujuan utama si itu..you know it’s like falling in love at first sight, aku harus kesana” jawabku lempeng “hmmm…” temanku sedikit menggugam       *dia, partner traveling (whatsaap)* “Ndo, gimana kondisimu?baikan belum?” “udah ke dokter, disuruh bed rest…harus sembuh, terlanjur beli tiket hehehe” “Bali jangan dipikirin dulu..cepet sembuh,bed rest…hug..hug..hug” “…… …… …… ……. …… ……. …… ……. ……… ……….” lelap *malam sebelum Bali* “everything is fine..everything in control..enjoy the journey..gak ada yang tertinggal…gak ada” menggumam *********************************************** *Bali hari terakhir* Hari terakhir di Bali, kami habiskan dengan menikmati Ubud saja, hanya Ubud.

Hi Lawu Hi!

Gunung Lawu yang mempunyai  ketinggian 3265 MDPL ini berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur,yaitu di kawasan Karang anyar (Wonogiri-Jateng) dan Magetan (Jawa Timur). Sore hari yang cerah menemani perjalanan ke basecamp Lawu yang berjarak sekitar 2 jam an dari tempat saya dan teman-teman berkumpul. Kabut tebal menyambut hangat saat kami baru sampai di base camp. Suasana di sekitar base camp Cemoro Sewu saat itu terbilang ramai. Banyak muda-mudi yang melewatkan sorenya untuk sekedar berkumpul di area tersebut, tak heran karena mungkin persis di depan base camp merupakan jalur perbatasan antar propinsi. Saya dan beberapa teman memilih untuk nongkrong di warung kopi sembari menunggu teman-teman yang masih dalam perjalanan menuju base camp. Sebelummnya karena kami sampai terlalu sore, maka pendakian diputuskan untuk dimulai setelah waktu maghrib. Cuaca cerah namun berkabut menemani pendakian kami malam itu. Sekitar pukul 7 dan dimulai dengan doa bersama, kami mulai m