Langsung ke konten utama

Eksotis nya si "Pasir Berbisik"


Gunung Bromo merupakan salah satu gunung yang masih aktif di jawa Timur. Gunung ini memiliki ketinggian 2,392 mdpl dan meliputi 4 wilayah yaitu: Probolinngo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. Pada bulan Oktober 2011, aku berkesempatan untuk mengunjungi Gunung cantik ini. Memilih untuk pergi dengan budget murah alias backpackeran, aku memutuskan berangkat dari Purwokerto dengan kereta api (Gaya Baru Malam) menuju Surabaya. Aku melakukan perjalanan ini bersama 2 orang teman, Debby dari  Jakarta dan Dofont yang berangkat dari Pasuruan. Meeting point kami terminal Probolinggo saat itu. Kereta meluncur, berangkat malam dari Purwokerto (maaf bagi yang baca, aku emang gak bakal menceritakan secara detail masalah waktu, biaya, dll karena lupa detail hehe..maklum ye). Aku dan Debby janjian ketemu di stasiun Wonokromo, kita baru akan ketemu Dofont di terminal Probolinggo.

Sekitar pukul ½ 4 pagi, kereta ku sampai stasiun Wonokromo. Sembari mengunggu Debby dar Jakarta, aku melakukan ritual pagi hari seorang manusia. Mandi di stasiun..makan di stasiun..ngopi-ngopi di stasiun..hehe..sendirian emang bikin galau. Terakhir mah Cuma bengong cengo ngeliatin lalu lalang orang di Stasiun Wonokromo. Lama juga bikin ngantuk, sedangkan sekitar jam 6 pagi keretanya Debby baru sampai. Ketemu Debby untuk pertama kali, sebelummnya emang belum pernah ngetrip bareng hehe..

 "Stasiun Wonokromo pagi itu"

"My mom named 'Sri' too"

“langsung aja atau gimana nie, kamu mo mandi dulu gak Deb” tanyaku.
“enggak usah, langsung aja yuk” balas debby.
Dari stasiun Wonokromo, kita lanjut perjalanan menggunakan angkutan kota menuju terminal Bungur Asih. Tarif waktu itu sie 2 ribu menuju terminal, tidak cukup jauh juga. Touch down Bungur Asih! Asli Surabaya panas bener ye..batinku. tak cukup lama menunggu bus jurusan Probolinggo, cukup banyak dari yang ekonomi ampe AC. Tapi ya, I tell you Bungur Asih calo nya serem-serem ye (secara penampilan lho) hehe..aku dan Debby naik bus eksekutif (lumayan buat ngadem, tidur-tidur bentar). Ajeeeppp dah, nie bakalan jadi trip mahal ye..niat backpackeran gak jadi aja apah?! (lagi-lagi ngebatin tapi toh nikmatin aja deh). 

Dari Surabaya ke Probolinggo membutuhkan waktu sekitar 2 jam-an seingatku. Sekitar jam ½ 10 pagi kita berdua sudah sampai terminal Probolinggo dan di situ lah kita bertemu Dofont. Let’s journey begin!! Nah aku yang kebetulan ntah dari tahun kapan ingin seingin inginnya pergi ke Bromo yang ntah berapa kali selalu batal, saat itu Cuma bisa cengar-cengir sepanjang jalan..haha..

Nah..dari terminal Probolinggo ke Bromo..kami bertiga harus naik elf, yang kata Dofont sie nama nya “Bison”. Nunggu Bison jalan itu lama kaka!!jadi Bison akan mulai jalan kalau 1 Bison itu sudah benar-benar terisi penuh. Tapi beruntung sebelum tengah hari, bison yang kami naiki sudah terisi dengan penumpang dan siap berangkat. Kami bertiga berdesakan di bagian paling depan bersama sang supir.

Tengah hari, kami sampai juga di desa Cemoro Lawang. Kami turun dengan tampang agak sedikit bête karena sebelum sampai di Cemoro Lawang, ternyata kami kerampokan. Nah..waktu itu emang kami kurang waspada aja karena menaruh backpack diatas bison yang ternyat a di tengah perjalanan, tas kami digeledah oleh tangan-tangan usil penumpang bison!!hufhtt..aku kehilangan HP (untung bawa HP dua, dan sempat berganti HP waktu di stasiun..trus Debby kehilangan uang nya 300 ribu beserta alat make up!!yaelah..alat make up napa juga pake dieembat Boi!Dofont selamat, tak kurang apa pun. Tapi kepalang tanggung kami udah sampai tujuan, enak gak enak nya kami tanggung. Dan insiden itu berlalu begitu saja, karena aku terlalu exciting udah sampai Bromo, aku berusaha ikhlasin aje..hikmah nya trip selanjutnya, aku waspada aja (yup, betul sekali!). Bromo Kawan!! Mencari penginapan di Bromo itu susah-susah gampang. Kami survey 2 penginapan sebelum menemukan 1 penginapan yang akhirnya jadi tempat tidur selama di Bromo. Sederhana aja sie, tarif Cuma 100 ribu tanpa kamar mandi dalam dengan dua tempat tidur. Aku lupa nama nya, yang jelas dekat Pura?ooppps..iya ya, waktu itu kupikir masjid. Baru sadar beberapa saat kalau masyarakat Tengger kan mayoritas Hindu ye Boi!!maklum jet lag..hehe..

Galau..ngapain kita ya tengah hari di penginapan. Daripada bengong cengo, kami memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar kawasan tersebut. Wuihhh..Bromo ini keren sekali!! Waktu itu sedikit panas tapi penampakan bukit-bukit di sekitarnya bikin mata dan hati jadi adem..halah..Dofont yang notabene kenal daerah ini karena ini kali ke tiga doi ke Bromo, jadi guide dadakan kita yang paling ganteng sendiri (haha..laki sendirian kali..Font, kalau lu baca blog ini..lu harusnya bersyukur waktu itu bareng wanita-wanita cantik hehe). Jalan-jalan iseng melewati pemukiman-pemukiman di Bromo itu rasanya keren lho. Pemukiman-pemukiman di kawasan Bromo pasca erupsi itu membuat tampak seperti desa mati tanpa penghuni tapi tetep keren di liat karena di sekeliling nya berjejer kebun-kebun milik penduduk dan bukit-bukit yang tertutup debu. Pemandangan seperti itu terkesan eksotis..buatku lho!


"Pemukiman yang ditinggal penduduk karena erupsi"

"debu vulkanik masih menyelimuti hampir semua kawasan Bromo"

Jalan-jalan iseng itu berakhir di sebuah kafe bernama “Java Lava Lounge” (seingatku nama nya itu), asli demi apa pun, makanan di kafe buat ku yang sok-sok backpacker tergolong mahal bener Brother!!haha..tapi gak apa lah sekali ini doank. Worth it sie,liat donk pemandangan depan kafe nya..nampak gunung batok di depannya..luas seluas pandangan mata dengan suara hembusan “pasir berbisik” kala sore itu gak ada duanya buatku. Ademmmmmmmmm…!!hati ademmmmmmm….

"Lava Lounge: tempat nongkrong sore itu"

Selesai dengan “lava lounge” nya, kami memutuskan pulang kembali ke penginapan. Sore itu agak gerimis, semoga besok tidak sampai kami menuju sunrise (batinku). Malam di Bromo itu..ahhh..agak susah aku jelaskan , bukan karena lupa tapi gimana ya??!! Pokoknya damai..aku sengaja keluar penginapan, ngobrol sama bapak penjaga penginapan..malam itu cuma berdiri (baca: nongkrong) di depan penginapan, ngobrol ini itu, menikmati kerlap-kerlip bintang di atas sana. Wuihhh..dingin tapi menenangkan hati, di tambah suara-suara pujian dari dalam pura itu berasa tentram. Tak begitu lama, kami memutuskan untuk tidur. Karena pagi nya kami harus berangkat ke penanjakan 1, melihat sunrise. Kami memutuskan untuk memakai jasa ojek pagi nya yang berhasil kami tawar sejumlah 165 ribu!!!!tapi itu dengan kesepakatan semua area kawasan kami harus datangi. Worth it buatku!!deal..tidur lah kami…

Paginya ½ 4 para ojek ganteng Bromo sudah siap mengantarkan kami berkeliling kawasan tersebut. Tujuan pertama: sunrise pananjakan. Ayeeeyyy…dingin bener ye pagi itu. Buatku, memilih ojek sebagai alat transportasi waktu itu adalah keputusan yang tepat. Karena aku bisa dengan jelas melihat bagaimana jalanan yang kami lalui waktu itu. Perjalanan menuju pananjakan lumayan lama dan berat. Wuihhh..naik turun..wuihh pagi itu pemandangan ajeeepp memanjakan mata ku meski gelap. Pagi itu dengan takjub nya aku lihat ratusan mungkin ribuan bintang di atas sana. Dengan jelas sekali ojek kami membelah pasir berbisik, serta penampakan gunung batok yang kami lewati membuat pagi itu aku berasa di dunia yang berbeda dimana pemandangan-pemandangan eksotis yang aku dapat.

Perjalanan selama 2 jam naik gunung itu akhirnya berakhir di kawasan Pananjakan 1. Menghangatkan badan di sekitar tungku waktu itu jadi aktivitas kami sebelum berjalan nanjak beberapa meter untuk momen “sunrise”. Penanjakan 1 ternyata telah ramai oleh pengunjung yang sedang menunggu sunrise, hampir semua spot telah penuh. Kami sendiri memilih untuk berdiri diatas kursi karena penuh nya area tersebut. Diantara pengunjung yang ramai itu, diantaranya para Tengger penjual edelweiss. Ahhh..tempat ini keren sekali. Di ujung timur sana, pelan-pelan matahari menunjukkan sinarnya. Persis di ujung kanan ku nampak deretan bukit, gunung batok, serta Semeru. Ahhh..Semeru, entah kapan aku bisa mencumbui mu..batin ku kala. Dan 7 bulan dari trip Bromo, mimpi ku baru bisa terwujud (Semeru). Oke..karena “jenuh” dengan spot kami, akhirnya kami memutuskan untuk berpindah sedikit ke arah barat pananjakan. Dari sini lukisan Bromo terlihat dengan menakjubkannya..desir rasa haru berkecamuk di hati itu udah pasti. Kami beruntung karena waktu itu matahari bersinar cantik dan langit yang cerah.

"brrrrr..dingin ye"

"Pananjakan udah rame bener"

"Penampakan macam ini cuma ada di Bromo"

"wallpaper kompie dulu,sekarang liat benerannya!"

Selesai dengan sunrise yang mengagumkan itu, kami lanjut menuju kawah Bromo. Lagi-lagi kami harus melewati kawasan eksotis pasir berbisik yang seluas pandangan mata itu. Wuihhh..naanjak..ahh…beruntung kawasan kawah nya udah tersedia tangga jadi kita tidak akan kesusahan untuk hanya sekedar melihat kawah. Meski itu tangga, nanjak dimana pun ya pasti engap haha..jadi kawah Bromo itu berbentuk lingkaran yang di tengah nya terdapat lubang besar yang aku gak tau ujung nya seperti apa dan males juga kalo harus mengujinya..yang ada nyawa kita melayang kali Brohh!.

"Nyokkk..nanjakkk!"

"I called it as 'Black Hole'

Dari atas kawah ini, kami bisa melihat hamparan lukisan alam berupa bukit yang mengelilingi lautan pasir berbisik..sumpah demi apa aku juga gak tau itu pemandangannya super sekali! Eksotis! Lanjut lagi kami menuju savanna yang pemandangan nya gak kalah super. Waktu itu savanna Bromo udah mulai pulih pasca erupsi. Warna nya udah mulai hijau kembali meski belum menyeluruh. Meski belum sempurna, savanna Bromo memang indah..luas, cantik, dan besar. Entah itu di mata atau kamera, savanna nya cantik. Dan Bromo itu super sekali, Kawan!

"aku suka"

"membelah si pasir berbisik"

"nothing to say"

"Bule galau"

"savana"

"partners"


Ada begitu banyak tempat indah di negeri ini, Bromo mungkin salah satu nya. Entah kapan itu, tapi aku ingin anak cucu ku tau ada tempat se eksotis ini di Indonesia. Perjalanan ini bakal aku simpan untuk mereka sampai saatnya untuk diceritakan. Mungkin kata emang gak cukup untuk mengungkapkan keindahan nya, so let’s go out and enjoy the journey!.











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hi Lawu Hi!

Gunung Lawu yang mempunyai  ketinggian 3265 MDPL ini berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur,yaitu di kawasan Karang anyar (Wonogiri-Jateng) dan Magetan (Jawa Timur). Sore hari yang cerah menemani perjalanan ke basecamp Lawu yang berjarak sekitar 2 jam an dari tempat saya dan teman-teman berkumpul. Kabut tebal menyambut hangat saat kami baru sampai di base camp. Suasana di sekitar base camp Cemoro Sewu saat itu terbilang ramai. Banyak muda-mudi yang melewatkan sorenya untuk sekedar berkumpul di area tersebut, tak heran karena mungkin persis di depan base camp merupakan jalur perbatasan antar propinsi. Saya dan beberapa teman memilih untuk nongkrong di warung kopi sembari menunggu teman-teman yang masih dalam perjalanan menuju base camp. Sebelummnya karena kami sampai terlalu sore, maka pendakian diputuskan untuk dimulai setelah waktu maghrib. Cuaca cerah namun berkabut menemani pendakian kami malam itu. Sekitar pukul 7 dan dimulai dengan doa bersama, kami mulai m

Tepi Campuhan

     *dua mingguan sebelum Bali,badan drop,gejala typhus* “Jadi ..Ma..kamu jadi ke Ubud, ngapain?” “Aku mau tracking di Campuhan” “ye..udah gitu doank..kamu jauh-jauh ke Ubud cuma mau tracking di Campuhan..emang di Jawa gak ada tempat buat tracking ?” “ya..gak tau ya..aku tujuan utama si itu..you know it’s like falling in love at first sight, aku harus kesana” jawabku lempeng “hmmm…” temanku sedikit menggugam       *dia, partner traveling (whatsaap)* “Ndo, gimana kondisimu?baikan belum?” “udah ke dokter, disuruh bed rest…harus sembuh, terlanjur beli tiket hehehe” “Bali jangan dipikirin dulu..cepet sembuh,bed rest…hug..hug..hug” “…… …… …… ……. …… ……. …… ……. ……… ……….” lelap *malam sebelum Bali* “everything is fine..everything in control..enjoy the journey..gak ada yang tertinggal…gak ada” menggumam *********************************************** *Bali hari terakhir* Hari terakhir di Bali, kami habiskan dengan menikmati Ubud saja, hanya Ubud.

Senja Di Namsan

Hari pertama di Seoul, belum sampai setengah hari. Dan sore   itu kami bergegas menuju Namsan Tower. Tak pernah terpikirkan bahwa Korea Selatan menjadi negara kesekian yang berhasil aku kunjungi. Cuaca begitu dinginnya dan ini merupakan pengalaman pertamaku merasakan kejamnya musim dingin di negara yang terkenal dengan industri K-Pop nya ini. Menikmati Namsan juga bukan perkara mudah, kita diharuskan menggunakan kereta gantung menuju menara utama. Tidak untuk yang takut ketinggian, karena kereta gantung di Namsan bisa terbilang cukup tinggi. Bagaimana tidak menara utamanya terletak di atas perbukitan. Kami sampai di ujung bukit, tepat saat senja. Sungguh landscape yang cukup cantik. Sore itu cuaca sungguh dingin buatku, tapi di sisi lain langit begitu cantiknya. Banyak sekali orang disini, sebagian besar berpasangan. Melihat mereka sungguh membuatku haru. Ada banyak bahagia yang bisa kita lihat di wajah mereka, itulah mengapa gembok-gembok cinta dibuat disini. Aku tertegun