Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Pulang

Malam terakhir di Ubud aku habiskan hanya dengan mengobrol dengan teman jalanku di sebuah kedai kopi yang berada di  jalan Sriwedari bernama Seniman Coffee. Tempat ini aku tahu dari rekomendasi beberapa blog perjalanan yang ada di internet, good rate place. Tempatnya terbilang mungil dengan hanya ada beberapa bangku untuk pengunjung, lampu terang, plus tulisan besar di atas pintu “Everything Happens To Everyone” berhasil menarik perhatianku, harusnya berlanjut “…..For A Reason” kan? Semua hal terjadi pada setiap seseorang untuk sebuah alasan. Good quote. Kedai ini memiliki dapur yang bisa secara langsung pengunjung lihat dari tempat mereka duduk.  Dari tempatku duduk, aku bisa melihat langsung para barista menyiapkan kopi-kopi pesanan pelanggan, aroma-aroma racikan kopi bisa sangat dengan gamblang aku rasakan dengan indra penciumanku.  Kami memilih tempat duduk persis di depan meja barista, sebenernya aku ingin yang tepat di jendela itu karena tempat duduk disini cuk

Tepi Campuhan

     *dua mingguan sebelum Bali,badan drop,gejala typhus* “Jadi ..Ma..kamu jadi ke Ubud, ngapain?” “Aku mau tracking di Campuhan” “ye..udah gitu doank..kamu jauh-jauh ke Ubud cuma mau tracking di Campuhan..emang di Jawa gak ada tempat buat tracking ?” “ya..gak tau ya..aku tujuan utama si itu..you know it’s like falling in love at first sight, aku harus kesana” jawabku lempeng “hmmm…” temanku sedikit menggugam       *dia, partner traveling (whatsaap)* “Ndo, gimana kondisimu?baikan belum?” “udah ke dokter, disuruh bed rest…harus sembuh, terlanjur beli tiket hehehe” “Bali jangan dipikirin dulu..cepet sembuh,bed rest…hug..hug..hug” “…… …… …… ……. …… ……. …… ……. ……… ……….” lelap *malam sebelum Bali* “everything is fine..everything in control..enjoy the journey..gak ada yang tertinggal…gak ada” menggumam *********************************************** *Bali hari terakhir* Hari terakhir di Bali, kami habiskan dengan menikmati Ubud saja, hanya Ubud.

Blanco

       Berbicara tentang cinta, mungkin sosok ini cukup pantas untuk mewakilinya. Kecintaan terhadap seni, khususnya seni lukis, kecintaaan dan passion nya akan sosok wanita yang menemani hingga akhir hayatnya, kecintaannya akan dua hal, Ubud dan Ni Rondji. Sosok ini, Don Antonio Blanco.       Pagi itu Ubud sedikit terik, kami memacu sepeda motor menuju kawasan Jalan Campuhan, dibutuhkan beberapa menit perjalanan dari Monkey Forest tempat awal tujuan kami hari itu. Pepohonan rindang di kanan kiri jalan menemani perjalanan kami, tepat di jalan yang agak menanjak, persis di samping Campuhan Bridge, disitulah rumah sekaligus museum sang Maestro berdiri megah.        Sebuah lorong kecil dengan tebaran bunga kuning di setiap ruas tangga membawa kami berjalan menuju halaman asri yang tidak begitu luas, tempat resepsionis museum menyambut kami dengan ramah. Wanita manis itu lantas memberikan tiket masuk yang harus kami bayar sebesar 30 ribu rupiah per orang dan mempersilahkan