Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Surat Cinta dari Ubud

Perjalanan hari ke-22 menjelang Nyepi, Ubud. Pagi ini diantara rasa lelah, aku beranikan diri beranjak dari tempat tidur. Yang nyatanya beberapa menit kemudian aku dibuat malas bergerak dari teras kamar, terdiam sampai menjelang siang melihat jalan setapak yang ditumbuhi rerumputan hijau, dan dipenuhi berbagai bunga-bunga tropis khas Bali. Aku habiskan pagi itu dengan memikirkan banyak sekali hal, banyak kejadian yang selama dan sampai sekarang belum aku temukan jawabannya. Cinta, masa depan, pekerjaan..hal-hal duniawi. Cinta?helaan nafas cukup panjang terdengar dari dalam rongga suaraku. Cinta adalah hal yang menjatuhkanku dengan sangat keras beberapa waktu lalu, tapi sangat sulit untuk aku teriakan. Aku kalah dan dikhianati keadaan berualang kali. Aku memilih untuk diam dan menahannya sangat dalam. Pada akhirnya aku layaknya orang yang hampir mau bunuh diri. Betapa aku ingat ini lah yang membuatku memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah dan pekerjaan hampir satu bulan. Aku tid

Mendadak Cerita Cinta

Aku sebenarnya sangat jarang menulis tentang hal-hal yang berbau cinta,romatisme dan segala macamnya. Tapi semalam setelah nonton film “Before Sunrise” yang entah ke berapa kali nya, aku mendadak kepikiran untuk nulis tentang romantic things while traveling alias hal-hal romantis ketika traveling. Kalau ada yang sudah nonton film Before Sunrise ini pasti deh bakalan kepikiran bagaimana seandainya jadi Jesse atau Celine yang ketemu gak lebih dari 24 jam, akhirnya memutuskan untuk turun dari kereta dan jalan-jalan semalaman di Wina, daannnn…jatuh cinta secinta cintanya. Aku..pas pertama kali nonton film ini bak nonton cerita dongeng. Jatuh cinta saat keduanya menempuh perjalanan, memutuskan menghabiskan waktu yang sebentar untuk mengelilingi kota Wina yang apik itu, lagipula siapa yang gak bakal senang jalan bareng si ganteng Ethan Hawke ini. But anyway balik ke topik, romantisme perjalanan. Begini, romantisme buat aku agak gak melulu laki-laki sama perempuan, ini hal yang bisa ak

Si Mata Biru

Siang itu, cuaca Phnom Penh cukup terik. Kami beranjak meninggalkan homestay menuju agen bus yang berada tepat di  lantai bawah homestay kami. Kami berencana melanjutkan perjalanan menuju Ho Chi Minh, sesuai perkiraan butuh waktu sekitar 6 jam perjalanan dari Phnom Penh. Kulihat sosoknya melintas menuju bus yang sama, sosok Caucasian. Berkemeja abu-abu dengan kancing paling atas terbuka seadanya, celana coklat selutut, rambut brunette yang sedikit berantakan, bermata biru teduh. Dia melintas dengan ransel besar yang bahkan menutupi sebagian punggungnya, aku ingat betapa berdebunya cover bag yang dia pakai. Mungkin dia sudah terlalu lama menempuh ribuan mil perjalanan, yah mungkin saja. Ah tapi untuk ribuan mil yang dia tempuh, dia cukup terlihat bersih dan..tampan. Dia duduk persis di belakang kursi teman perjalananku, sendirian. Kulihat sesekali dia mengecek ponsel, sesekali juga memejamkan mata, ntah apa yang ada di benak nya..mungkin bosan, seperti yang sebagian dari

Sore Kanchanaburi

Entah ini hari ke berapa dari rangkaian perjalanan kami di negara-negara Indochina. Malam itu kami baru saja sampai di Bangkok, terlalu malam sehinggan kami cukup kewalahan untuk mendapatkan penginapan di Khaosan, belum lagi perjalanan panjang dari Siem Reap membuat tubuh kami kelewat lelah. Untung saja ada satu penginapan yang berhasil kami dapatkan, itu pun dengan tarif yang terbilang tidak murah. Sungguh, Khaosan malam hari layaknya sebuah pesta yang tidak pernah berakhir, sangat riuh dengan dentuman musik yang terlampau keras, lalu lalang para turis sepanjang malam. Malam itu, kami memilih untuk beristirahat saja dibanding larut dalam riuh nya Khaosan, kami lelah. Keesokan harinya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan lagi, tujuan kami adalah Kanchanaburi. Kanchanaburi, sebuah kota kecil yang berada di sebelah barat Bangkok dan bisa ditempuh dalam dua jam perjalanan. Kami memilih kota ini dari sekian tempat di Thailand untuk menghabiskan beberapa hari sebelum kembal

Ego

Belum sampai pukul 10 pagi, pesawat yang kami tumpangi mendarat dengan lanc ar Phnom Penh. Diantara rasa lelah karena semalaman mau tidak mau menginap seadanya di Kuala Lumpur International Airport, kami berjalan diantara penumpang yang turun untuk mengambil bagasi. Aku suka bandara Phnom Penh, di sepanjang koridor terminal kedatangan kita bisa melihat landasan pesawat karena hampir dinding nya merupakan dinding kaca jadi semua aktifitas pesawat bisa kita lihat dengan jelas. Begitu juga ruang tunggu penumpang pun dengan ruang tunggu penumpang karena hanya terpisah oleh dinding kaca, aktifitas penumpang tak luput dari pandangan mata. Phnom Penh, tujuan pertama diantara beberapa negara yang nanti nya akan kami datangi. Cuaca  panas pagi itu tak menyurutkan langkah kaki kami. Kami berjalan keluar setelah sepakat untuk mengganti provider telepon selular dengan nomor lokal, ini kami lakukan untuk menghemat pengeluaran tentunya. Lalu kami berjalan keluar bandara, beberapa pen