Langsung ke konten utama

Sepotong Rasa untuk Ranu Kumbolo



Ranu Kumbolo..agak susah aku ungkapkan tentang tempat yang satu ini. Tempat impianku dari 2 tahun lalu yang baru bisa aku kunjungi beberapa pada bulan Mei 2012. Surga cantik di kaki gunung Semeru, yang berada di ketinggian 2400 mdpl ini memang sangat terkenal di kalangan penikmat ketinggian. Bulan Mei 2012 merupakan perjalanan hati untuk menggapai puncak tertinggi Jawa “Mahameru”. Buatku yang masih baru dalam urusan pendakian, bisa melihat Ranu Kumbolo secara langsung saja sudah sangat bersyukur.

Mencapai tempat ini saja buatku berat. Harus berjalan kaki selama kurang lebih 5  jam itu bikin sempoyongan hampir mewek hehe..berawal dari pasar Tumpang, tempat paling awal untuk menuju tempat indah. Perjalanan menggunakan jeep sewaan, melewati pemukiman penduduk di kaki gunung Semeru, perkebunan penduduk, jalanan naik turun, bukit teletubbies gunung Bromo di sisi kiri jalan, obrolan konyol bareng sahabat..itu semua hal berharga yang sampai kapan pun akan selalu ada di memori otak ku.
Ahhh..susah sekali mengungkapkannya ya. Ranu Pane adalah desa terakhir di kaki gunung Semeru dan tempat akhir jeep akan berhenti. Waktu itu hampir tengah hari, rombongan kami sampai di Ranu Pane. Desa yang damai, kehidupan paling normal yang sangat aku dambakan. Lelaki petani tua yang sibuk memikul kayu bakar, ibu muda yang sibuk membersihkan kebun bawang nya dari semak liar, warung rawon sederhana yang enak di seberang basecamp..ahh..kedamaian.

Perjalanan yang satu ini memang penuh cerita yang gak bakal habis dalam ingatanku. Lewat tengah hari, setelah semua urusan catat mencatat dan bersiap-siap kelar, rombongan kami pun berangkat. Jalur tracking menuju Ranu Kumbolo didominasi oleh tumbuhan hutan di kanan kiri jalur. Sebenarnya jalur nya tidak terlalu curam, tapi karena jauh nya dan mungkin karena fisik ku yang tidak terlalu terbiasa, jadi terasa berat. Lewat maghrib, kami masih jalan. Lepas isya saat mendekati camp kami di Ranu Kumbolo, ada desir semangat yang kembali memuncak. Entah lah..tapi paling tidak sebentar lagi kami dapat beristirahat. Beberapa saat sampai tempat itu, aku sempat melihat diatas sana ribuan bintang bersinar dengan indah nya..bersinar diantara rimbunnya pepohonan. “sebentar lagi Ma, sebentar lagi kita sampai” batinku menyemangati diri sendiri. Dari jauh terdengar sanyup-sanyup suara gaduh pendaki dan kerlap-kerlip lampu tenda pun sudah terlihat, itu berarti kami sampai.

Tak sanggup lagi tubuh ini bertahan dari dingin dan lelah, aku langsung memutuskan untuk beristirahat. Aku biarkan saja perut ini kosong, karena sungguh sudah tak tahan aku untuk membuka mata hanya untuk sebentar saja. Kami pun terlelap. 
Pagi itu, ku buka pintu tenda dan kulihat Lek Man serta Victor yang sedang memasak air untuk membuat kopi. Kusapa mereka saat itu, aku bahkan belum sepenuhnya “melek”. Belum juga ½ 6, tapi karena sudah terlanjur bangun, aku enggan kalau harus kembali tidur..lagian ini Ranu Kumbolo!! Batinku. Pagi itu sangat berkabut, di depan mataku hanya ada kabut..tak tampak bentuk Ranu Kumbolo yang selama sebulan sebelum berangkat, gambar nya yang aku download dari internet dengan manisnya jadi wallpaper komputer kerjaku. So, I am here! *girang tak terkira. Sempat dalam hati berseru “ini mana Ranu Kumbolo ya? Kagak keliatan woikkkk” padahal di depan mata cuma tertutup kabut hehe..

Perlahan kabut tebal yang menutupi danau dan sekelilingnya memudar. Aku sendiri dengan segelas kopi dan kamera yang sudah aku tenteng sedari pagi, hanya bengong di pinggiran danau. Desir hati yang tak terbendung, haru yang tak terkira saat aku sadar kalau aku itu sedang berada di tempat yang emang dari dulu aku impikan, RANU KUMBOLO. Dua tahun lalu, aku pernah berdoa kepada Sang Pencipta agar aku ditakdirkan bisa menjejakkan kakiku di tempat ini. Hmm..terwujud sudah, tapi ada yang kurang..”kekasih”. Saat itu aku meminta untuk ditakdirkan ke tempat indah ini bareng kekasihku. Tapi nyatanya, sahabat-sahabat ku lah yang jadi partner setia. Tak apa..batinku berucap tapi ada riak yang tak sempat aku lepaskan di sudut mataku. Campur aduk rasanya..haru, seneng, sedih, syukur, lega..semuanya.

Mendaki, melintas bukit
Berjalan letih menahan berat beban
Bertahan di dalam dingin
Berselimut kabut Ranu Kumbolo

Barisan bait lagu “Mahameru” nya Dewa 19, mendadak bergema di sanubari. Lagu ini memang sedikit banyak telah memotivasi banyak orang untuk mencumbui cantiknya gunung Semeru. Sayup-sayup nan syahdu terus bergema di hati dan dengan pelan aku lantunkan sembari menikmati landscape Ranu Kumbolo yang cantik itu. Ahhh..syahdu!

Di sekeliling Ranu Kumbolo, bisa aku lihat bukit-bukit membentuk lingkaran. Ada lahan luas yang memang di gunakan untuk tempat beristirahat dan mendirikan tenda bagi pendaki yang akan naik maupun turun. Di seberang timur ranu, akan terlihat dua gundukan bukit. Nah..dari sebelah  tengah dua gundukan itu, matahari akan muncul..persis di tengah. Cahaya yang di hasilkan matahari tersebut, secara otomatis akan menciptakan refleksi di atas air danau. Sungguh indah! dan persis di belakang tenda kami, itu lah si legendaris “tanjakan cinta”. Ini kenapa aku bilang, perjalanan ke Mahameru itu merupakan perjalanan hati. Karena setiap pendaki yang lewat tanjakan ini, bisa dipastikan akan membawa misi “hati” mereka masing-masing. Termasuk aku, sebenernya gak boleh syirik..gak boleh ma Tuhan tapi gak tau..mungkin juga karena euphoria. Saat itu saat menapaki tanjakan cinta, tanpa sepatah kata pun muncul dari mulutku, tanpa berhenti berjalan sedikitpun, entah kenapa satu wajah dan nama muncul di otakku. “Boii!sebenernya aku lagi gak pengen mikirin kamu tau..pergi sana jauh-jauh dari otakku!udeh nyampe semeru, kenapa masih nempel-nempel terus di otak!!” batinku memaki diri sendiri. Nah..bagian ini yang paling aku gak ngerti sampai detik ini. Kejadiannya saat tracking dari Kalimati menuju Ranu Kumbolo, lepas summit. Aku cuma berdua bareng Victor waktu itu. Yang lain ada yang sudah duluan di depan, sebagian masih jauh di belakang kami berdua. Victor didepan, aku persis di belakang nya. Ntahlah..ini apa namanya. Aku shock saat melihat sosok itu persis di depan ku..kami berpapasan tanpa saling sapa. Aku maklum, persis dia muncul..saat itu langsung aku palingkan muka menunduk..bersembunyi di belakang badan Victor yang memang bongsor. Gak yakin dengan penglihatanku, aku kembali menoleh saat dia berjalan memasuki hutan sebelum Kalimati. “iya, itu dia!aku yakin itu dia!slayer kuning, sepatu coklat, baju hitam, celana coklat!!what the hell it is” maki ku dalam hati. Dia yang nempel terus di otak saat menapaki tanjakan cinta, dia yang aku harapkan ada di sampingku menikmati Ranu Kumbolo, dia kekasihku!. “woy mak, napa mukamu jelek banget gtu?” celoteh Victor sambil menoleh ke belakang. “kaga, aku kurang enak badan aja Tor” jawabku lemas. Dari tempat itu sampai saat kami ngecamp lagi di Ranu Kumbolo, aku cuma bisa diam. Malamnya, untuk pertama kali entah kenapa, mataku enggan untuk tertutup. Aku terus berpikir tentang kejadian siang itu. Kenapa?kenapa?kenapa?dia yang selama ini aku pertanyakan keberadaannya, tiba-tiba nongol gitu aja. Parahnya tanpa ada sepatah kata pun keluar dari mulutku siang itu. Terakhir kita bertemu itu Desember 2011, saat itu dia dan teman-temannya melakukan pendakian ke gunung Slamet. Sejak itu sama sekali tak ada kabar apapun. If he want to, I can’t make him stay..itu saja. Ampunn..gak bisa tidur sama sekali. Malam itu aku terlelap dengan sejuta tanya yang aku biarkan menggantung tanpa aku cari jawabannya sampai detik ini. “How life is..itu saja..mungkin entah kapan semua ini akan terjawab, kalaupun tidak, takkan pernah kucari lagi” desisku.

Ranu Kumbolo..tempat indah yang sulit dilukiskan. Dingin, damai dan indah nya Ranu Kumbolo akan selalu membuatku ingin kembali..dan kembali lagi. Suatu hari nanti, entah kapan itu aku akan kembali kesana..ke Ranu Kumbolo bersama kekasihku. I promise!
























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hi Lawu Hi!

Gunung Lawu yang mempunyai  ketinggian 3265 MDPL ini berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur,yaitu di kawasan Karang anyar (Wonogiri-Jateng) dan Magetan (Jawa Timur). Sore hari yang cerah menemani perjalanan ke basecamp Lawu yang berjarak sekitar 2 jam an dari tempat saya dan teman-teman berkumpul. Kabut tebal menyambut hangat saat kami baru sampai di base camp. Suasana di sekitar base camp Cemoro Sewu saat itu terbilang ramai. Banyak muda-mudi yang melewatkan sorenya untuk sekedar berkumpul di area tersebut, tak heran karena mungkin persis di depan base camp merupakan jalur perbatasan antar propinsi. Saya dan beberapa teman memilih untuk nongkrong di warung kopi sembari menunggu teman-teman yang masih dalam perjalanan menuju base camp. Sebelummnya karena kami sampai terlalu sore, maka pendakian diputuskan untuk dimulai setelah waktu maghrib. Cuaca cerah namun berkabut menemani pendakian kami malam itu. Sekitar pukul 7 dan dimulai dengan doa bersama, kami mulai m

Tepi Campuhan

     *dua mingguan sebelum Bali,badan drop,gejala typhus* “Jadi ..Ma..kamu jadi ke Ubud, ngapain?” “Aku mau tracking di Campuhan” “ye..udah gitu doank..kamu jauh-jauh ke Ubud cuma mau tracking di Campuhan..emang di Jawa gak ada tempat buat tracking ?” “ya..gak tau ya..aku tujuan utama si itu..you know it’s like falling in love at first sight, aku harus kesana” jawabku lempeng “hmmm…” temanku sedikit menggugam       *dia, partner traveling (whatsaap)* “Ndo, gimana kondisimu?baikan belum?” “udah ke dokter, disuruh bed rest…harus sembuh, terlanjur beli tiket hehehe” “Bali jangan dipikirin dulu..cepet sembuh,bed rest…hug..hug..hug” “…… …… …… ……. …… ……. …… ……. ……… ……….” lelap *malam sebelum Bali* “everything is fine..everything in control..enjoy the journey..gak ada yang tertinggal…gak ada” menggumam *********************************************** *Bali hari terakhir* Hari terakhir di Bali, kami habiskan dengan menikmati Ubud saja, hanya Ubud.

Senja Di Namsan

Hari pertama di Seoul, belum sampai setengah hari. Dan sore   itu kami bergegas menuju Namsan Tower. Tak pernah terpikirkan bahwa Korea Selatan menjadi negara kesekian yang berhasil aku kunjungi. Cuaca begitu dinginnya dan ini merupakan pengalaman pertamaku merasakan kejamnya musim dingin di negara yang terkenal dengan industri K-Pop nya ini. Menikmati Namsan juga bukan perkara mudah, kita diharuskan menggunakan kereta gantung menuju menara utama. Tidak untuk yang takut ketinggian, karena kereta gantung di Namsan bisa terbilang cukup tinggi. Bagaimana tidak menara utamanya terletak di atas perbukitan. Kami sampai di ujung bukit, tepat saat senja. Sungguh landscape yang cukup cantik. Sore itu cuaca sungguh dingin buatku, tapi di sisi lain langit begitu cantiknya. Banyak sekali orang disini, sebagian besar berpasangan. Melihat mereka sungguh membuatku haru. Ada banyak bahagia yang bisa kita lihat di wajah mereka, itulah mengapa gembok-gembok cinta dibuat disini. Aku tertegun