Langsung ke konten utama

Suatu Waktu di Pok Tunggal


Jogjakarta, kota dengan penuh pesona. Dari mulai budaya, seni, makanan, serta alamnya. Kota ini membuat kita akan selalu ingin mengunjunginya. Kali ini, aku memutuskan untuk kembali mencumbui alam nya Jogja. Agak ingin menyepi dari riuhnya daerah perkotaan, aku pergi jauh ke pinggiran kota ini. Wonosari – Gunung Kidul adalah tujuanku kali ini. Berbekal rasa penasaran dan memang dari bulan September, aku sudah merencanakan kalau sepanjang 3 weekend di bulan Oktober gak bakalan ada dirumah alias membuat planning trip sendiri..jadilah aku ketempat ini, Pok Tunggal. Entah kenapa pengin nya kesini diantara nama-nama pantai lain yang bertebaran di wilayah Gunung Kidul. It’s gonna be my choice.


Sekitar lewat jam 9 pagi, kereta yang membawaku dari Purwokerto menuju Jogja sampai di stasiun Lempuyangan. Jogja pagi itu sedikit mendung ye. “semangat menipis kalau udah mendung, kan mau mantai masa mendung, tapi asal gak ujan sie ok ok aja” batinku. Saat itu aku memang janjian dengan seorang teman yang stay di jogja juga, salah satu temen naik gunung ku, Narulita namanya. Well, dia bilang agak telat sampai stasiun, it’s okay!jadi sekitar jam 10 an kita baru bisa berangkat. Jadi dari Lempuyangan menuju daerah Gunung Kidul membutuhkan waktu sekitar 2 jam an. 

iseng-iseng sembari nunggu jemputan




Bakal seru nie, kita berdua naik motor selama kurang lebih 2 jam an dan guess what?!! Ruli juga gak terlalu hafal jalannya. Seruu..!!ngetrip kalo gak pake nyasar itu gak seru (menurutku). Nah setelah beberapa kali nanya orang, kita sampai juga di daerah Wonosari-Gunung Kidul, tinggal nemuin pantai yang jadi tujuan kita. 

Sebelumnya, googling adalah syarat wajib ku sebelum berangkat ke tempat yang aku inginkan. Ya..paling enggak mengurangi resiko nyasar dan menambah wawasan geografi jadi gak ada salahnya toh!hehe..paling gak pantai ini aku tau di daerah namanya Tepus, kalau nyempil-nyempil nya aku gak tau ada di mana *tonyorrr *pokokny aku padamu Rul
Nah daerah Wonosari menuju pantai Pok tunggal, kita bakal disuguhi jalalanan naik turun dengan pemandangan bukit-bukit dan tebing-tebing kapur yang menjulang di kanan kiri jalan. Buatku ini keren!jalan beraspal tak seberapa lebar naik turun beradu dengan pemandangan tebing di sisi kanan dan kiri itu cantik! Agak sulit untuk sekedar memotret karena Ruli yang seorang biker tangguh ini mengendarai motornya agak sedikit ngebut. Maklum juga kita dikejar waktu berangkat kereta.. *resiko one day trip Bray

Lebih dari sejam kita berkendara, tak kunjung nampak petunjuk sampai ke Pok Tunggal. Sampai akhirnya, papan petunjuk untuk ke Pantai Pok Tunggal muncul di depan mata. Ternyata untuk menuju pantai ini, kita harus berbelok masuk ke kiri jalan beraspal sejauh 1 km dengan kondisi jalan yang gak bisa dibilang bagus, tanah dan batu kapur mendominasi jalanan sepanjang 1 km itu…fiuhh!

dari jalanan aspal ini,kita masih harus berkendara sejauh 1 km dengan jalanan yang gak terlalu bagus




Dari kejauhan terlihat sudah garis biru yang tadinya kupikir itu langit (maklum penulis kebanyakan nongkrong di gunung), pantas saja kalau itu langit, kenapa terlihat sangat rendah!hehe..sampai kita!harapan ku sedikit pupus kala itu. Maksudnya ke Pok Tunggal itu ingin ngusir galau..menyepi eh malah ramai sekali. Yang main bola lah..pasir lah..yang pacaran lah..yang foto-foto lah..yang nge-warung lah..pupus sudah!hehe..tapi it’s okay, every journey has its story right?!yang penting enjoy.

Jadi Pok Tunggal itu mempunyai pasir putih yang halus dan belum banyak sampah. Waktu itu kebetulan laut sedang surut, jadi bisa berjalan agak ke tengah dan kita bisa lihat tumbuhan-tumbuhan laut seperti rumput laut. Pantai ini tertutup oleh banyak tebing yang memanjang sepanjang pantai. Fasilitas nya pun udah terbilang lengkap..warung yang menjajakan berbagai makanan, paying-payung plus tikar yang disewakan, tempat parkir motor/mobil, mushola ala kadarnya, serta wc umum. Aku pribadi suka sama tekstur pasir nya yang putih dan halus!

Bosan dengan pemandangan yang itu-itu saja, aku dan Ruli memutuskan untuk menyusuri pantai ini menuju arah barat. Kita berdua sempat memanjat tebing di dekat pantai Watu lawang yang memang bersebelahan dengan Pok Tunggal, nah dari atas sini baru terlihat hamparan laut yang memanjang sepanjang pandangan mata serta Pantai Indrayanti yang nampak dari kejauhan. Wuihhhh…lebih sering ke gunung beberapa bulan terakhir, sekalinya ke pantai nyengir ye..hehe..

payung sama tiker-tiker ini disewain juga



kala air laut surut




dari atas tebing,kita bisa lihat pantai Watu Lawang sama Indrayanti



nah..ni pohon icon nya Pok Tunggal



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hi Lawu Hi!

Gunung Lawu yang mempunyai  ketinggian 3265 MDPL ini berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur,yaitu di kawasan Karang anyar (Wonogiri-Jateng) dan Magetan (Jawa Timur). Sore hari yang cerah menemani perjalanan ke basecamp Lawu yang berjarak sekitar 2 jam an dari tempat saya dan teman-teman berkumpul. Kabut tebal menyambut hangat saat kami baru sampai di base camp. Suasana di sekitar base camp Cemoro Sewu saat itu terbilang ramai. Banyak muda-mudi yang melewatkan sorenya untuk sekedar berkumpul di area tersebut, tak heran karena mungkin persis di depan base camp merupakan jalur perbatasan antar propinsi. Saya dan beberapa teman memilih untuk nongkrong di warung kopi sembari menunggu teman-teman yang masih dalam perjalanan menuju base camp. Sebelummnya karena kami sampai terlalu sore, maka pendakian diputuskan untuk dimulai setelah waktu maghrib. Cuaca cerah namun berkabut menemani pendakian kami malam itu. Sekitar pukul 7 dan dimulai dengan doa bersama, kami mulai m

Tepi Campuhan

     *dua mingguan sebelum Bali,badan drop,gejala typhus* “Jadi ..Ma..kamu jadi ke Ubud, ngapain?” “Aku mau tracking di Campuhan” “ye..udah gitu doank..kamu jauh-jauh ke Ubud cuma mau tracking di Campuhan..emang di Jawa gak ada tempat buat tracking ?” “ya..gak tau ya..aku tujuan utama si itu..you know it’s like falling in love at first sight, aku harus kesana” jawabku lempeng “hmmm…” temanku sedikit menggugam       *dia, partner traveling (whatsaap)* “Ndo, gimana kondisimu?baikan belum?” “udah ke dokter, disuruh bed rest…harus sembuh, terlanjur beli tiket hehehe” “Bali jangan dipikirin dulu..cepet sembuh,bed rest…hug..hug..hug” “…… …… …… ……. …… ……. …… ……. ……… ……….” lelap *malam sebelum Bali* “everything is fine..everything in control..enjoy the journey..gak ada yang tertinggal…gak ada” menggumam *********************************************** *Bali hari terakhir* Hari terakhir di Bali, kami habiskan dengan menikmati Ubud saja, hanya Ubud.

Senja Di Namsan

Hari pertama di Seoul, belum sampai setengah hari. Dan sore   itu kami bergegas menuju Namsan Tower. Tak pernah terpikirkan bahwa Korea Selatan menjadi negara kesekian yang berhasil aku kunjungi. Cuaca begitu dinginnya dan ini merupakan pengalaman pertamaku merasakan kejamnya musim dingin di negara yang terkenal dengan industri K-Pop nya ini. Menikmati Namsan juga bukan perkara mudah, kita diharuskan menggunakan kereta gantung menuju menara utama. Tidak untuk yang takut ketinggian, karena kereta gantung di Namsan bisa terbilang cukup tinggi. Bagaimana tidak menara utamanya terletak di atas perbukitan. Kami sampai di ujung bukit, tepat saat senja. Sungguh landscape yang cukup cantik. Sore itu cuaca sungguh dingin buatku, tapi di sisi lain langit begitu cantiknya. Banyak sekali orang disini, sebagian besar berpasangan. Melihat mereka sungguh membuatku haru. Ada banyak bahagia yang bisa kita lihat di wajah mereka, itulah mengapa gembok-gembok cinta dibuat disini. Aku tertegun