Tujuanku kali ini adalah Gunung Merbabu.
Gunung ketiga yang aku daki setelah Gede dan Semeru. Waktu itu bulan Juni,
sudah masuk musim kemarau dan langit sangat cerah. Awalnya, gak ada niat untuk
hiking ke Merbabu. Beberapa hari sebelum pendakian, aku masih bilang tentative
ke temen-temenku. Berangkat dengan kereta Logawa menuju Solo. Perjalanan
memakan waktu kurang lebih 4 jam. Sekitar lewat pukul 10, aku sampai di stasiun
Jebres Solo. Yuppp..nunggu jemputan sebentar waktu itu. Muncul Penchox yang
bertugas untuk menjemputku waktu itu. Pendakian ini sendiri beranggotakan 13
orang..well cukup banyak memang karena kami ditemani oleh 5 orang dari Mapala Kapakata Yogyakarta, selebihnya
ya itu gank menggunung ku hehe…
Meeting point nya
langsung di base camp Merbabu di Selo. Aku berangkat dari Solo bareng tiga
orang temanku: Rezha, Be, dan Penchox. Sisanya nyusul dari Yogyakarta dan
Semarang. Perjalanan ke Boyolali (basecamp) dari Solo sendiri memakan waktu
kurang lebih 2 jam. Sepanjang jalan kami dimanjakan oleh pemandangan yang super
tentunya meski jalan berkelok-kelok serta naik turun. Belum jam 3, kami
berempat sampai di base camp. Ahh..kalo melihat penampakan gunung Lawu
diseberang sana berarti aku udah diatas awan!ayeeyyy sekali!. Sembari menunggu
temen-temen yang masih “on the way”, aku iseng aja motret..bau ini yang aku
suka dari pemukiman-pemukiman di kaki gunung..pasti bau ini, bau daun bawang!plus
sore itu cerah jadi semangat nie hati! hmmm…enyaakkk..hehe.
|
"Jalan Boyolali-Selo" | | | | |
|
|
|
"kebun-kebun penduduk di sekitar basecamp" |
Nah tu dia.. *seruku.
Mereka yang dari Jogja dateng juga. Setelah semua segala macem pemanasan dan
bongkar tutup keril, sekitar pukul 4 sore kami berangkat. Baru aja beberapa
meter dari pintu masuk pendakian, nafas udah engap aja..whuasyemm…!jalur menuju
tempat camp kami “Sabana I” di dominasi oleh jalanan setapak yang rapat oleh
tumbuhan di kanan kiri jalur. Tanah nya agak padat, gak berpasir serta
menanjak..gak kebayang di otak kalo musim hujan akan seperti apa. Lepas
maghrib..lepas isya..waktu berjalan dan belum dengan jalur hampir nanjak terus
itu bikin frustasi. Tapi sesekali, kami temui tanah landai, mungkin
savanna-savana kecil. Mungkin hampir 5 jam an kami berjalan. Waktu itu, yang
ter-menyebalkan adalah di Merbabu, angin berhembus tanpa henti jadi makin lama
berhenti jalan, dinginnya akan merasuk ke dalam kulit kami. Rasanya gak enak
sama sekali..terlalu banyak angin yang masuk ke dalam tubuh. Hampir atau lebih
dari 5 jam kami jalan, akhirnya sampai juga di tempat kami camp ”Sabana I”.
Mungkin karena lelah dan dingin yang super itu, tak berapa lama kami memutuskan
untuk beristirahat. Baru saja mata ini terpejam, teman-teman kami dari Mapala
Kapakata membangunkan kami untuk makan malam. Baik sekali mereka karena
membuatkan makan malam yang yummy sekali. Tak tahan dinginnya Merbabu, kami
memutuskan untuk kembali ke tenda. Serem aja kalo harus di luar sepanjang malam
seperti yang biasa kami lakukan di gunung-gunung sebelumnya karena malam itu
udara Merbabu sungguh ekstrim, belum lagi angin yang tak kunjung berhenti
berhembus dari sepanjang kami tracking.
Pagi menjelang sunrise,
aku dengan badan serasa enggan untuk beranjak dari tenda memutuskan untuk
segera keluar dan menikmati sunrise yang entah sudah berapa kali. Aku lihat
baru si Be, Rezha, dan Penchox yang sudah siap dengan kopi mereka masing. Yang
lain nampaknya masih asyik tertidur pulas dalam balutan sleeping bag mereka
hehe..
Here we go, sunrise!
Waktu itu suhu merbabu berkisar antara 15-20 derajat sebenernya. Cuma karena
angin yang dari kemarin terus berhembus kencang itu yang membuat udara dingin
dan terus membuat badan kami menggigil. Sengaja kami hanya duduk-duduk beberapa
meter dari tenda untuk menanti sunrise dan sekedar menanti sinar matahari yang
setidaknya akan membuat badan kami sedikit hangat. Perlahan di seberang sana cahaya
kemerahan muncul. Yang lama kelamaan membentuk sebuah bulatan sempurna yang
hangat, matahari. Di seberang sana juga terlihat hamparan awan putih membentuk
garis vertical dari timur ke selatan, membentang dengan indahnya. Belum lagi
jauh disana nampak puncak gunung Lawu yang tertutup awan di sebagian tubuhnya,
hanya penampakan kecil saja dari Lawu. Agak ke selatan, persis di depan mata,
nampak gunung Merapi. Karena memang jaraknya, gunung Merapi bukan hanya
terlihat dengan jelas tapi juga terlihat sangat dekat!
|
"Siluet nya Penchox, Rezha, ma Titi" |
|
"Merbabu punya Sunrise" |
|
"waiting for the sun" |
|
"Rezha faces sunrise" |
|
"I am very envy with this Be's picture" |
|
"Frita with her flying scarf" |
|
"Merapi di depan mata!" |
Puas menikmati
cantiknya sunrise Merbabu, kami bersiap-siap untuk summit attack. Waktu itu
sekitar jam ½ 8. Kali ini tracking ini didominasi jalanan curam yang gak ada
habisnya aku bilang. Jujur, Merbabu adalah gunung yang mempunyai jalur tracking
yang bikin aku hampir gak mau mendaki lagi. Berattttt..!!curam dan nanjak,
ditambah oleh angin yang belum juga berhenti berhembus. Tapi itulah adilnya
alam ciptaan-Nya. Jalur tracking yang buatku berat itu diimbangi oleh
pemandangan alamnya yang superrrrr! Di kanan kiri jalur yang kami lewati,
ditumbuhi..ahh bukan hanya ditumbuhi, lebih tepatnya dipenuhi oleh pohon-pohon
bunga edelweis yang abadi itu. Ini beneran kaya taman bunga yang ada di
dongeng-dongeng nya Disney. Walaupun bukan mawar, tapi pohon-pohon edelweis yang
saat itu lagi mekar-mekar nya membuat kami berasa ada di negeri antah berantah,
ditambah lagi langit diatas gunung Merbabu saat itu berwarna biru tanpa ada
sedikit awan pun!Subhanallah! tracking berat malam sebelumnya pun terlupakan
dengan pemandangan alam yang indah ini. Sedikit demi sedikit..perlahan kami
mendekati puncak.
|
"next Rinjani kawan..Insyaallah!" |
|
"tanjakan-tanjakan hampir menyerah" |
|
"Savana nya Merbabu itu unspoken thing" |
|
"nah..jadi bagian ujung adalah tempat kami ngecamp..fiuhh" |
|
"edelweis di sekitar kita yess" |
|
"ribuan edelweis" |
|
"edelweis dimana-mana" |
Sekitar ½ 10 atau
mungkin lebih, kami atas ijin-Nya akhirnya sekali lagi berhasil sampai puncak
setelah melewati banyak tanjakan-tanjakan yang aku sebut “tanjakan-tanjakan
hampir menyerah” hehe..Alhamdullillah! seruku dalam hati, ada rasa haru dan
tentunya lega karena akhirnya bisa muncak juga. Pemandangan landscape dari
puncak Merbabu itu spesial! Dari atas sini kita dapat melihat jejeran
pegunungan seperti Sindoro Sumbing, Merapi yang nampak jelas di depan mata dan
tentu saja yang sedikit lebih jauh lagi, yaitu Lawu. Hanya decak kagum saat
melihat jejeran landscape nan menawan itu. Hari itu sekali lagi, aku diijinkan
untuk kembali menikmati sensasinya berada di atas awan ditambah langit yang
berwarna biru!super sekali!! Let’s celebrate with smile and some sodas hehe…Thanks
God for this experience. I love You!
|
"Once more, we are together!" |
|
"celebrate with smile Kawan" |
|
"This!" |
Tulisan ini juga aku dedikasikan untuk teman-teman dari Mapala Kapakata
|
"kami bersama tim dari Mapala Kapakata and the doggy "Gendut" |
Komentar
Posting Komentar