Langsung ke konten utama

"Slamet"


Bagi sebagian orang di Indonesia yang mayoritas beragama muslim, Idhul Fitri merupakan momen besar untuk sekedar berkumpul dengan keluarga. Tapi tahun ini, aku keluar dari kebiasaan itu. Aku memilih untuk ber-hiking ria bareng teman-temanku, anak gaul gunung yang ciamikk punya donk (gaul ko di gunung pan capeeekk..lecek!) hehe..sekali aja jadi bandel karena gak lebaran di rumah, gak papa kan?!..ok! tujuan kami kali ini adalah gunung tertinggi di Jawa tengah, Slamet. Aku sendiri yang pas itenary Slamet diumumkan, emang agak sedikit malas untuk ikut, karena gak terlalu pengen ke Slamet dan kebetulan sebulan sebelum berangkat badan tepar kena penyakit yang kata dokter gak boleh cape-cape dulu minimal 6 bulan yaitu “typhus”. Tapi kesempatan naik gunung bareng sahabat-sahabat sendiri itu kapan lagi Men!so, berangkat lah kita!uyehhhh..semangat..mangattttt..!!

Tanggal 21 Agustus, mereka datang satu persatu dari kota yang berbeda. Sesuai kesepakatan, mereka akan menginap di rumah sebelum pagi nya berangkat nanjak. Wahhh..aku sebagai tuan rumah kali sangat berbahagia sekali rumah ku akhirnya dikunjungi para rombongan lenong!!*girang!hehe..

Proses jemput menjemput berlangsung seperti ini >> karena boleh dibilang meeting point nya adalah Purbalingga (rumah nya Irma), jadilah aku tukang ojeg dadakan. Rud rud datang pertama dari Sumedang, katanya dia bawa oleh-oleh tahu Sumedang buat Mamah ku (alat suap biar aku diijinin katanya). Nah, kedua si Penchox nie yang anak Solo asli gak pake ngapak..ya iyalah!. Kita makaan dulu di terminal Purbalingga. Karena udah malem dan cape dan ngantuk, kita putuskan untuk pulang ke rumah tanpa nunggu yang lain (maksudnya yang lain biar naik ojek sampai rumahku). Next, Titi sama Bhe datang naik ojek sampai rumah. Dan semua tepar waktu itu! Yang paling apes si Khum datang terakhir. Gak ada yang jemput, yang akhirnya dia nekat langsung ke base camp dini hari!haha..sorry Khum, kita ngebo sekebo-kebo nya waktu itu.

Pagi berikutnya 22 Agustus!selamat pagi Purbalingga!selamat datang di rumah ku. Sudah makan, mandi, ngemil-ngemil, ngopi-ngopi..berangkat lah kami berlima (belum ketemu Khum). Karena rumahku yang emang pinggir jalan utama menuju kota Pemalang, jadi kami memutuskan untuk naik bus saja menuju pertigaan Serayu yang kemudian akan kami lanjutkan menggunakan semacam mobil elf menuju base camp. Siang itu cuaca panas Brother (mungkin karena puncak-puncak nya kemarau) dan bising jalanan karena suasana lebaran belum abis. Tapi semangat masih dong ya meski panas! Waktu itu belum juga ketemu si Khum karena pagi nya Khum ngasih kabar kalo doi berangkat duluan bareng pendaki dari Tangerang. Ya sudah..kami relakan saja waktu itu, semoga si Khum selamat sampai tujuan..ehhh. Palingan juga nanti ketemu di camp! Nyokkk..lanjutttt..

Elf nyampe base camp pas tengah hari pas lagi panas-panasnya! Aku mikirnya pendakian kali ini pasti bakalan berat. Musim kemarau itu bakalan super panas, gak ada air di pos mana pun, dan berdebu. Dan itu benar ketika kami melihat para pendaki  yang baru saja sampai base camp setelah summit, berdebu!!!parahnya tengah hari bolong sekitar jam 1 siang kami berangkat nanjak…fiuuhhh extra!. Dan gunung nya sebesar itu. Buatku Slamet dari kejauhan itu udah bikin jiper duluan. Bentuk nya sempurna dan besar, keliatan lebih tangguh dari gunung yang pernah aku daki sebelumnnya, bahkan Semeru sekali pun. Makin percaya kalo ketinggian itu cuma masalah angka.

"my team: Rud Rud, Penchox, Titi, dan Be (belum ketemu Khum)

Nah..terbukti dugaanku. Beberapa meter jalan dari base camp aja debu udah kemana-mana dan panas menyengat. Kondisi seperti itu yang ada bakal menguras banyak energi. Tapi alam itu adil, gak selalu tentang panas. Kami beruntung setidaknya Slamet masih punya pepohonan yang rindang. Pada awal perjalanan, kami di suguhi dengan deretan kebun penduduk sekitar..seperti yang sudah-sudah bau daun bawang akan tercium saat kami melintasi deretan kebun tersebut. Nah..beberapa meter berjalan terdapat lahan seluas lapangan bola, di tempat itulah puncak Slamet bisa terlihat. “Subhanallah! Tu gunung gede bener ye, bisa gak ya” batinku. Aku yang emang dari rumah gak berhenti “komat kamit” agar kami semua diberi kelancaran dan bisa kembali ke pangkuan ayah ibu di rumah masing-masing itu jiper sepanjang jalan hehe…Puncak Slamet dari kejauhan mirip puncak Semeru cuma Slamet mempunyai badan yang besar, lebar, serta pepohonan yang rimbun. 

"Slamet dari kejauhan..trust me!it's bigger than you see"

Feel like nowhere Brother!ok..kami lanjutkan perjalanan selangkah demi selangkah di bawah sinar matahari yang sangat terik. Pos 1 itu masih jauh sekali rupanya..sepanjang jalan menuju pos ini kami hanya melewati hutan pinus serta tumbuhan semak. Fiuhhh..track nya bikin cepat berkeringat ye, nanjak terus walau tidak seberapa curam. Menjelang maghrib, kami sampai pos 1..kami memutuskan untuk berhenti sejenak, sekedar mengambil nafas dan mengambil sedikit gambar senja. Dari pos 1, ternyata sudah bisa terlihat pemandangan yang menakjubkan. Lautan awan kala senja dengan pemandangan kota di bawahnya serta deretan gunung yang berjejer, seperti: Sindoro Sumbing, dataran tinggi dieng, terlihat samar adalah Merapi. Awesome!

"view dari Pos 1"

Dari pos 1, jalanan mulai menantang bakalan kami temui. Track nya sempit hanya jalanan setapak menanjak yang dikelilingi pepohonan yang sangat rapat. Kami hanya bisa melihat cahaya senja dari celah-celah rimbunnya pepohonan, sesekali kami melihat monyet-monyet hutan berkeliaran diantara rimbunnya pepohonan, hampir mirip Merbabu tetapi Slamet memiliki ragam pepohonan yang mungkin umurnya sangat tua. Hal ini terlihat dari bentuk nya yang sangat besar. Melelahkan..kami hampri tidak menemukan track landai sepanjang jalan, gempor!!hehe..tidak mudah melewati setiap pos di gunung ini. Jalannya yang menanjak terus, vegetasi yang rapat membuat kami berebut oksigen, debu yang bikin sesak nafas..sebentar kami berhenti..sebentar jalan..melelahkan. Kondisi kami waktu itu?kelelahan sebelum pos 5 (tempat ngecamp). Aku yang udah sempoyongan berjalan di bawah Rud Rud, mata ngeblur, jalan hanya tertatih dan sangat pelan itu rasanya absurd!aku liat wajah-wajah teman-temanku itu gak tega, pucat..mungkin karena lelah dan kedinginan. Alhasil, kami baru bisa sampai pos 5 setelah 10 jam jalan..pukul ½ 11 malam baru nyampe dan whoillaaaa..tempat camp udah dipenuhi dengan para pendaki yang lain. Tapi thanks God, kami masih kebagian tempat untuk tenda kami..kalo harus jalan lagi buat nyari lahan lagi??!!fiuhhh..big NO!dan malam itu kami teparrrr!

Bhe, jadi orang pertama yang bangun pagi itu…”woi,bangun..bangun..sunrise..sunrise” seru Bhe. Itu kata-kata “sunrise” emang manjur, sontak kami berempat bangun semua. Sunrise itu momen yang paling di tunggu saat berada diatas gunung. Saat itu juga si Khum tiba-tiba muncul di depan tenda “lho, kalian ngecamp disini?!” sapa nya. “yaiyalah, khum..mang kita mo ngecamp di jamban” batinku yang masih setengah sadar karena baru bangun. Wew, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh..ini apa yak kok gak nyambung hehe..pokoknya akhirnya kami menemukan Khum kembali!!yeayyy..beruntung selama ini Khum dirawat dengan baik oleh pendaki yang baik hati…#ehh

"nie dia Khum (kanan) yang mendadak nongol"



Sunrise..sunrise..sunrise always the same but always great!!sunrise pos 5 Gunung Slamet itu bikin speechless!!almost perfect..lautan awan yang membentang seluas pandangan mata, matahari yang perlahan nampak dari atas awan membuatnya nampak seperti lukisan..tapi ini lukisan yang sangat besar dan keren..lautan awan, golden sunrise, Sindoro Sumbing Merapi dataran tinggi Dieng!!lukisan yang sempurna..bagian ini beneran aku speechless!

Menikmati sunrise di ketinggian memang bikin betah..manjain mata dan membuat kita memuji-Nya..nobody else but You, God. Sekitar jam 7 atau 8 an, kami lanjut jalan untuk summit..summit attack! Gunung Slamet itu memiliki 9 pos brother plus beberapa pos bayangan jadi banyak dan berasa lama!hehe..tempat nge camp kami ada di pos 5, itu berarti 4 pos lagi tapi beruntung 4 pos terakhir tidak sejauh perjalanan malam sebelumnya.

 "Sindoro Sumbing, Dieng, Merapi dari Pos 5"

Dari pos lima sampai pos terakhir, track dan lain-lainnya masih sama seperti pos-pos yang sudah kami lewati. Sekitar jam ½ 9 (agak lupa hehe..) kami sampai pos terakhir yang berarti batas vegetasi terakhir gunung Slamet..nah dari sini perjuangan dengan medan yang berbeda dari sebelumnya di mulai. Pertama yang aku lihat: puncak Slamet itu mirip Semeru tapi tekstur nya bukan pasir melainkan batu dan kerikil..kerass!! puncak hanya beberapa meter tapi gak semudah kata “beberapa meter”. Lebih berat lagi karena kami kesiangan jadi resiko nya adalah badan kami berasa terbakar trus dicelup ke air dingin karena angin dingin sesekali berhembus. Si Khum yang entah kenapa untuk pendakian ini dia semangat sekali berada paling depan, disambung Be sama Titi, aku sendiri bareng Penchox yang memilih berjalan agak santai, paling bontot Rud rud. Di tengah tanjakan berbatu, seperti biasa perasaan kesal, cape, marah, sebel, sakit, pengen mewek muncul. Medannya  buat aku emang berat tapi seperti biasa entah tekad dari mana aku terus melanjutkan perjuangan sampai puncak. Makasih ya Penchox, motivator nie bocah..kalo gak kamu “tantang”, gak bakalan muncak aku..nyerah aja, cape!haha..butuh waktu 3 jam an perjalanan dari vegetasi terakhir nyampe puncak. Sekitar jam 12 tengah hari kami semua summit! Muncakk! *kibarin merah putih kaka *semangat lagi *cape terbayar. Siapa pun yang baca ini, aku bilangin ya..waktu itu puncak Slamet keren sekali Bother!!lautan awan putih menyerupai buih-buhi kapas yang saling menutup rapat pemandangan di bawah nya itu benar-benar ajaibbbb! Kami di atas awan beneran..pemandangan yang gak bakalan kami jumpai kalo gak berjalan sejauh ini..gak bakalan kami jumpai di belakang rumah sekali pun..yang gak bakalan aku lihat kalo saja saat itu aku gak dengerin Penchox buat terus nanjak ke atas…kerennnn!!nyesel tapi bersyukur karena Tuhan Maha Besar sekali karena kami ditakdirkan untuk melihat kebesaran-Nya.

"we are on the top!"

"view from the top"

"An orgasmic picture once again"

Kami sendiri cukup lama di atas puncak Jawa Tengah itu..girang?jelass..seneng nya tak terwakil kan oleh kata..perjalanan ini emang melelahkan tapi alam-Nya ini adil..tidak selalu sakit terus yang di dapat right?!saat di ujung lelah, saat itu pula kami sampai puncak. Saat badan cape, saat itu pula tempat kami tidur (pos 5) siap..saat butuh bercerita, saat itu pula rombongan anak muda penampilan boy band tapi ngapak muncul (nie pasti pada paham semua, inget guys ngapak itu keren buktinya bikin kalian ngakaak) haha..

Tuhan dan Slamet..terima kasih atas alam nya yang keren dan gak sehoror yang orang dengungkan. Tangguh karena tinggi dan besar, kuasa dan mempesona  karena medan serta pemandangan landscape yang ajeeeebbb. Pokok nya puncak mu yang paling keren sejauh ini!! Terima kasih juga telah menyatukan 6 pemuda ini: Rud Rud, Titi, Penchox, Be, Khum, dan Aku. Aku Irma Akbariah berterima kasih buat Tuhan atas Slamet nya! Thanks a lot God *kiss and hug *ehh.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tepi Campuhan

     *dua mingguan sebelum Bali,badan drop,gejala typhus* “Jadi ..Ma..kamu jadi ke Ubud, ngapain?” “Aku mau tracking di Campuhan” “ye..udah gitu doank..kamu jauh-jauh ke Ubud cuma mau tracking di Campuhan..emang di Jawa gak ada tempat buat tracking ?” “ya..gak tau ya..aku tujuan utama si itu..you know it’s like falling in love at first sight, aku harus kesana” jawabku lempeng “hmmm…” temanku sedikit menggugam       *dia, partner traveling (whatsaap)* “Ndo, gimana kondisimu?baikan belum?” “udah ke dokter, disuruh bed rest…harus sembuh, terlanjur beli tiket hehehe” “Bali jangan dipikirin dulu..cepet sembuh,bed rest…hug..hug..hug” “…… …… …… ……. …… ……. …… ……. ……… ……….” lelap *malam sebelum Bali* “everything is fine..everything in control..enjoy the journey..gak ada yang tertinggal…gak ada” menggumam *********************************************** *Bali hari terakhir* Hari terakhir di Bali, kami habiskan dengan menikmati Ubud saja, hanya Ubud.

Hi Lawu Hi!

Gunung Lawu yang mempunyai  ketinggian 3265 MDPL ini berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur,yaitu di kawasan Karang anyar (Wonogiri-Jateng) dan Magetan (Jawa Timur). Sore hari yang cerah menemani perjalanan ke basecamp Lawu yang berjarak sekitar 2 jam an dari tempat saya dan teman-teman berkumpul. Kabut tebal menyambut hangat saat kami baru sampai di base camp. Suasana di sekitar base camp Cemoro Sewu saat itu terbilang ramai. Banyak muda-mudi yang melewatkan sorenya untuk sekedar berkumpul di area tersebut, tak heran karena mungkin persis di depan base camp merupakan jalur perbatasan antar propinsi. Saya dan beberapa teman memilih untuk nongkrong di warung kopi sembari menunggu teman-teman yang masih dalam perjalanan menuju base camp. Sebelummnya karena kami sampai terlalu sore, maka pendakian diputuskan untuk dimulai setelah waktu maghrib. Cuaca cerah namun berkabut menemani pendakian kami malam itu. Sekitar pukul 7 dan dimulai dengan doa bersama, kami mulai m

Senja Di Namsan

Hari pertama di Seoul, belum sampai setengah hari. Dan sore   itu kami bergegas menuju Namsan Tower. Tak pernah terpikirkan bahwa Korea Selatan menjadi negara kesekian yang berhasil aku kunjungi. Cuaca begitu dinginnya dan ini merupakan pengalaman pertamaku merasakan kejamnya musim dingin di negara yang terkenal dengan industri K-Pop nya ini. Menikmati Namsan juga bukan perkara mudah, kita diharuskan menggunakan kereta gantung menuju menara utama. Tidak untuk yang takut ketinggian, karena kereta gantung di Namsan bisa terbilang cukup tinggi. Bagaimana tidak menara utamanya terletak di atas perbukitan. Kami sampai di ujung bukit, tepat saat senja. Sungguh landscape yang cukup cantik. Sore itu cuaca sungguh dingin buatku, tapi di sisi lain langit begitu cantiknya. Banyak sekali orang disini, sebagian besar berpasangan. Melihat mereka sungguh membuatku haru. Ada banyak bahagia yang bisa kita lihat di wajah mereka, itulah mengapa gembok-gembok cinta dibuat disini. Aku tertegun